Buku Minhajul Qashidin (Pustaka Al-Kautsar)

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar


  • 110.000,00
Ongkos kirim dihitung saat checkout


Buku Minhajul Qashidin

Oleh: Syaikh Ibnu Qudamah, Penerbit Pustaka al-Kautsar

Ada dua macam ulama yaitu ulama su’ (buruk) dan ulama akhirat. Ulama su’ (buruk) adalah mereka yang dengan ilmunya ingin mendapatkan kenikmatan di dunia dan mendapatkan kedudukan terpandang di kelompoknya. Kebalikan dari ulama su’ ialah ulama akhirat. Ibnu Qudamah mengatakan, “Di antara sifat-sifat ulama akhirat, mereka mengetahui bahwa dunia ini hina, sedangkan akhirat adalah mulia. Keduanya seperti dua macam kebutuhan pokok, namun mereka lebih mementingkan akhirat. Perbuatan mereka tidak bertentangan dengan perkataan, kecenderungan mereka hanya kepada ilmu-ilmu yang bermanfaat di akhirat dan menjauhi ilmu-ilmu yang manfaatnya lebih sedikit.”

Berkaitan dengan ulama akhirat, Ibnu Qudamah meriwayatkan sebuah kisah dari Syaqiq al-Balkhi, bahwa ia pernah bertanya kepada Hatim al-A’sham –salah seorang muridnya, “Sudah berapa lama engkau menyertai aku? Lalu apa saja pelajaran yang bisa engkau serap?”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Hatim al-A’sham berguru kepada Syaqiq al-Balkhi selama tiga puluh tahun lebih. Hatim al-A’sham menjawab, “Ada delapan pelajaran.”

Berikut ini delapan pelajaran yang diserap oleh Hatim al-A’sham dari gurunya tersebut

  1. Aku suka mengamati manusia. Ternyata setiap orang, ada sesuatu yang dicintainya. Namun, jika ia sudah dibawa ke kuburannya, ia harus berpisah dengan sesuatu yang dicintainya. Maka, kujadikan sesuatu yang kucintai adalah amal kebaikanku, agar kebaikan itu tetap menyertaiku di kuburan.
  2. Aku merenungi firman Allah, “... Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu,” (Surat an-Naziat: 40). Sebisa mungkin aku mengenyahkan hawa nafsu, hingga jiwaku menjadi tenang karena taat kepada Allah.
  3. Setelah kurenungi, aku mengetahui bahwa setiap orang mempunyai sesuatu yang bernilai dalam pandangannya, lalu ia pun menjaganya. Kemudian kurenungi firman Allah, “Apa yang di sisi kalian akan lenyap dan apa yang di sisi Allah akan kekal,” (Surat an-Nahl: 96). Setiap kali aku mempunyai sesuatu yang berharga maka aku segera menyerahkannya kepada Allah agar ia kekal di sisi-Nya.
  4. Kuamati banyak manusia yang membanggakan harta, keturunan, kemuliaan, dan kedudukannya. Padahal, semua itu tidak ada artinya apa-apa. Lalu kurenungi firman Allah, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (Surat al-Hujurat: 13). Maka, aku beramal dalam lingkup takwa agar aku menjadi mulia di sisi-Nya.
  5. Kulihat manusia sering iri dan dengki. Lalu kurenungi firman Allah, “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,” (Surat az-Zukhruf: 32). Oleh karena itu, kutinggalkan sifat iri dan dengki.

Masih ada tiga lagi, pembaca bisa menyimak keterangannya lebih lanjut dalam buku ini. (Diadaptasikan dari blog berinisial Umar al-Kasidi, barakallahu fiikum).

Buku Minhajul Qashidin, Buku cetak edisi hardcover, tebal buku 521 halaman, ukuran buku 16,5 x 24,5 cm, dan dengan berat 768 gram. Penulis: Ibnu Qudamah, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar, harga Rp. 110.000,-


Kami Juga Merekomendasikan